Home / Informasi Pajak

Kamis, 9 September 2021 - 12:18 WIB

Metode Pencatatan Persediaan Barang Dagang

Berikut ini Penjelasan Mengenai Metode Pencatatan Persediaan Barang Dagangan Menurut analisa perpajakan sesuai standar akuntansi berlaku untuk umum.

Dalam melaksanakan aktivitas produksinya, setiap perusahaan baik itu perusahaan jasa ataupun perusahaan manufaktur pasti mengadakan persediaan.

Perusahaan  yang tidak memiliki persediaan akan dihadapkan pada resiko dua resiko, yaitu  kekurangan  produk  pada  suatu  waktu  membuat  permintaan  pelanggan  tidak terpenuhi, namun persediaan yang berlebih akan membuat biaya penyimpanan relatif besar.

Oleh karena itu, persediaan harus dikelola dengan baik karena berpengaruh pada kegiatan produksi dan penjualan.

Pengertian persediaan menurut Assauri (1980),ialah suatu aktiva yang meliputi barang-barang  milik  perusahaan  dengan  maksud  untuk  dijual  dalam  suatu  periode usaha yang normal,atau persediaan barang-barang yang masih dalam pengerjaan/proses produksi, ataupun persediaan bahan baku yang menunggu penggunaannya dalam suatu proses  produksi.

Sedangkan  menurut  Rangkuti  (2004),  persediaan  merupakan  suatu aktiva  yang  meliputi  barang-barang  milik  perusahaan  dengan  maksud  untuk  dijual dalam suatu periode usaha tertentu atau persediaan barang-barang  yang masih dalam pengerjaan  atau  proses  produksi,  ataupun  persediaan  bahan  baku  yang  menunggu penggunaannya dalam suatu proses produksi.

Dapat  disimpulkan  dari  beberapa  definisi  diatas  bahwa  perusahaan  memiliki persediaan  karena  persediaan  adalah  suatu  aktiva  yang  sangat  mahal,  aktiva  dalam perusahaan ini dapat langsung dijual kembali maupun diproses lebih lanjut pada saat periode  tertentu.

Persediaan  sangat  penting  artinya  bagi  suatu  perusahaan  karena persediaan tersebut menghubungkan satu operasi ke operasi selanjutnya yang berurutan dalam pembuatan suatu barang untuk kemudian disampaikan ke konsumen. Persediaan dapat dioptimalkan dengan mengadakan perencanaan produksi  yang lebih  baik, serta manajemen persediaan yang optimal.

Metode pencatatan perpetual (Perpetual Inventory Method)

Metode pencatatan perpetual merupakan metode dimana pencatatan dilakukan setiap waktu secara terus menerus berdasarkan transaksi pemasukan dan pengeluaran persediaan barang serta retur atas pembelian barang yang dilakukan oleh sebuah perusahaan. Metode pencatatan perpetual disebut juga sebagai metode buku yaitu dimana setiap persediaan barang masuk dan keluar selalu dicatat dalam pembukuan.

Baca Juga :  Kewajiban Perpajakan Jasa Angkutan Darat

Dengan menggunakan metode pencatatan persediaan perpetual maka suatu perusahaan akan menjadi lebih mudah dalam menyusun laporan neraca dan laporan laba rugi karena dengan dilakukannya pencatatan secara berkala dalam penjurnalan maka perusahaan dapat dengan mudah mengetahui persediaan yang sebenarnya sehingga untuk mengetahui jumlah persediaan barang akhir, perusahaan tidak perlu melakukan perhitungan fisik atau stock opname pada persediaan yang tersisa atau jika ingin menjamin keakuratan pada pencatatan, perusahaan dapat melakukan perhitungan fisik pada jumlah persediaan barang akhir yang dilakukan sekali dalam setahun.

Barang-barang yang sesuai untuk diterapkan dalam metode pencatatan perpetual adalah barang-barang dengan nilai jual tinggi dan barang yang mudah untuk dicatat pemasukan dan pengeluarannya dalam gudang yaitu seperti mobil, furniture, dan peralatan rumah tangga misalnya kulkas, kompor, dan lain sebagainya.

Ciri-ciri dari metode pencatatan persediaan perpetual adalah:

  1. Pembelian atas barang dagang atau bahan baku yang akan diproduksi kemudian akan dicatat dengan mendebet akun persediaan dan akun kas/utang dicatat dalam kredit.

  2. Retur pembelian, biaya transportasi masuknya barang, diskon atas pembelian barang, dan pengurangan harga barang dicatat dengan mendebet akun persediaan.

  3. Harga pokok penjualan (HPP) langsung dihitung untuk setiap transaksi yang dilakukan dan pencatatan dilakukan dengan mendebet akun harga pokok penjualan dan mengkreditkan dalam persediaan.

  4. Persediaan adalah akun pengendalian yang dilengkapi dengan buku besar pembantu. Buku besar pembantu tersebut berisikan catatan persediaan yang berbeda-beda sesuai dengan tiap jenis persediaannya. Catatan dalam buku besar pembantu yaitu berupa catatan kuantitas dan harga dari setiap jenis persediaan yang ada dalam persediaan tersebut.

Contoh Kasus:

Baca Juga :  Penagihan Seketika dan Sekaligus

Pada tanggal 1 Januari 2021, PT.A membeli 100 unit Barang dagangan dengan harga satuan Rp100.000 Sehingga Total Keseluruhan Pembelian barang dagangan tersebut Rp 10.000.000 (harga belum termasuk PPN) dibayar tunai.

Pada tanggal 1 Februari 2021, PT.A menjual 50 unit barang dagang secara tunai dengan harga jual per masing-masing unit sebesar Rp170.000 (harga belum termasuk PPN).

Jurnal Pencatatan Persediaan:

TanggalMetode PerpetualDebetKredet
01 Januari 2021Persedian Barang DaganganRp10.000.000
PPN MasukanRp1.000.000
Kas/BankRp11.000.000
01 Februari 2021Kas/BankRp9.350.000
PPN KeluaranRp850.000
PenjualanRp8.500.000
01 Februari 2021Harga Pokok PenjualanRp5.000.000
Persedian Barang DaganganRp5.000.000
TanggalMetode Persediaan FisikDebetKredet
01 Januari 2021PembelianRp10.000.000
PPN MasukanRp1.000.000
Kas/BankRp11.000.000
01 Februari 2021Kas/BankRp9.350.000
PPN KeluaranRp850.000
PenjualanRp8.500.000

 

Dari Pencatatan diatas kita dapat juga menyimpulkan, sisah stock barang dagang setelah di jual atau dalam istilah pencatatan akuntansi yaitu Persediaan Ahkir sebesar Rp5.000.000,.

Jurnal Penyesuaian Pencatatan PPN Terhutang:

TanggalJurnal PenyesuaianDebetKredet
01 Februari 2021PPN KeluaranRp850.000
PPN MasukanRp850.000

 

Kesimpulan :

Dari jurnal pencatatan PPN Terhutang, PPN Terhutang atas penjualan barang dagangan, langsung di kurangkan dengan PPN Masukan saat transaski pembelian barang dagangan, sehingga nampak dari jurnal penyesuaian diatas.

Jadi PPN Masukan setelah di lakukan pencatatan jurnal penyesuaian diatas, saldo akhir dari PPN Masukan Sebesar Rp150.000, sedangkan PPN Terhutang menjadi Rp0.

Dari kesimpulan dari transaski tersebut PPN yang masih harus di bayar PT.A setelah di lakukan atau pencatatan jurnal penyesuaian di atas adalah Rp.0, atau tidak ada kewajiban PPN yang harus di bayarkan.

Baca Juga : Tata Cara Pemungutan PPN

Share :

Baca Juga

Kewajiban Perpajakan, Cara Pengisian eSPT Tahunan. Tarif Pajak Indonesia, PPh 23, PPh 22, PPh 21, PPh 4 ayat 2, PPh 26

Informasi Pajak

Harga Wajar Dalam Hubungan Istimewa
Barang & Jasa Tidak Kena PPN 10%

Informasi Pajak

Barang dan Jasa Tidak Kena PPN, Yuk Pelajari di sini.

Informasi Pajak

Cara Menyusun Laporan Keuangan dengan Mudah
Kewajiban Perpajakan, Cara Pengisian eSPT Tahunan. Tarif Pajak Indonesia, PPh 23, PPh 22, PPh 21, PPh 4 ayat 2, PPh 26

Informasi Pajak

Solusi Aktivasi dan Lupa EFIN untuk Wajib Pajak
Wewenang Penyidik Pajak

Informasi Pajak

Wewenang Penyidik Pajak
Tarif Penyusutan Harta Berwujud

Informasi Pajak

Tarif Penyusutan Harta Berwujud
Tata Cara Pembayaran dan Penyetoran Perpajakan

Informasi Pajak

Tata Cara Pembayaran dan Penyetoran Perpajakan
PP 46 Tahun 2013

Informasi Pajak

ASPEK PERPAJAKAN JASA KONSTRUKSI